Senin, 13 Oktober 2008

Bola Sepak

BAGI masyarakat Indonesia Timur, sebutan bola sepak tidaklah aneh. Begitulah beberapa puluh tahun yang lalu ketika hanya ada TVRI. Tahun 1990 pertevean kita sudah berkembang jauh. Siarannya juga tidak cuma enam jam sehari. Apalagi sekarang. Dan semua penyiar bilang "sepak bola".

Bagi rakyat jiran rupanya hanva ada satu sebutan: bola sepak. Cara menulisnya bola sepak, dan bolasepak. Mereka misalnya menulis: Persatuan Bolasepak Malaysia. Dan FIFA itu "badan pentadbir bola sepak". Dalam bahasa sana tidak ada aturan yang mengharamkan dua kata atau lebih ditulis sebagai satu kata. Kita pun mengenal kata sejenis seperti adipati, setiakawan. dan bumiputera. Cuma, orang seberang lebih berani menggabung kata untuk membuat kata-kata baru. Misalnya kajibintang, temuduga, temuramah, jawatankuasa, ulangkaji, dan setiausaha. Justru kita yang sekarang suka bingung. Bandarlampung, atau Bandar Lampung? Padahal, menggabung itu sudah amat biasa bagi nama. Misalnya Beckenbauer dan Schweinsteiger, Sukamiskin dan Surakarta.

Bola sepak tidaklah salah. Bukankah kita sendiri berkata bola sodok, bola tampar, dan sebagainya? Jadi kita sebut barangnya dulu, lalu apa yang kita lakukan dengan barang itu. Kalau perlakuannya kita dahulukan, mengapa tidak ada orang yang berkata tangkis bulu? Dahulu kita berkata bola keranjang. Sekarang kata keranjang sudah masuk keranjang, diganti basket. Lo, kok diganti? Apa yang salah? Dalam kamus Kramer, korfbal tetap saja disebut bola keranjang.

Lucunya lagi, kata sepak biasa kita lupakan. Orang berkata main bola dan nonton bola. Bagi rakyat Jawa, main sepak bola itu cukup balbalan. Cuma, belum ada yang mau menyebut pebola, bolawan, atau jurubola. Kalau menulis jururawat kita tidak ragu, tetapi kita suka pikir-pikir dulu untuk menulis juruterbang atau jurumudi.

Dalam bulan Piala Dunia kita sering mendengar ajakan nonton bareng. Herannya, kita belum berani membuat kata kebarengan atau perbarengan. Coba kita lihat kamus Wojowasito. Pembarengan itu diartikan synchronization. Kalau begitu, Indonesianya synchronize itu gampang saja dibuat.

Saat nonton bola, aneka istilah khusus sering terdengar dari pengulas kita. Misalnya dribble. Pikir saya, mengapa harus dribble ya? Kita boleh yakin bahwa kebanyakan orang terdidik pun tidak tahu mengejanya. Semasa kecil saya sendiri hampir tiap hari main bola dengan anak-anak Sunda, Jawa, Ambon, dan Sumatera. Dan kami selalu berkata ngocok bola. Jadi, bagi kami dulu, yang bisa dikocok itu bukan hanya obat, telur, kartu, dan perut.

Dalam surat kabar Malaysia, kalau ada gambar pemain lagi dribbling, keterangannya menyebut mengelecek. Ada pula yang menulis mengelicik. Ulah tukang kocok ini juga mereka sebut menggoreng bola. Menggoreng? Apakah di Indonesia juga disebut begitu? Eh, ternyata benar. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia Poerwadarminta tercatat "menggoreng-goreng bola"! Jelasannya, 'berlari dengan menggiring dan memainkan bola (sepak bola)'. Jadi, Ronaldo itu menggiring sambil menggoreng. Kata menggiring kita semua tahu. Anehnya, dalam perbolaan seperti tidak pernah kita pakai.

Kita suka bilang membawa bola. Yah, membawa itu terlalu umum dong. Mengapa tidak sesekali kita sebut melarikan bola. Tiap hari penyiar teve berkata banjir bandang. Jadi, kata bandang pantas juga dimasukkan ke kamus kita. Poerwadarminta sudah mencantumkan membelandang. Dalam bahasa Jawa, orang juga bisa disebut mbandang, atau berlari secepatnya. Yang namanya lari tunggang-langgang malah sering kita lihat pada jurubola.

Lalu tackle, mentackle, ditackle, dan tackling. Ini sering terucap. Tidak ada pengulas yang ingat kepada kata jegal, padahal semua orang tahu artinya. Apakah menjegal itu harus menjatuhkan? Tidak. Salah satu keterangan dalam kamus Teeuw ialah verijdelen, selain ten val brengen. Verijdelen itu menggagalkan.

Lalu apa Indonesianya World Cup? Untung saja bukan Cangkir Dunia!

Sumber Primer : Kompas, 14 Juli 2006. Penulis: Sudjoko
Sumber Sekunder : http://pelitaku.sabda.org/
Penulis adalah Guru Besar Emeritus Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Tidak ada komentar: