Sabtu, 11 Oktober 2008

Komunikasi

KOMUNIKASI, secara sederhana dapat diartikan sebagai seni mempengaruhi orang, atau kelompok orang, melalui simbol-simbol pesan yang disampaikan komunikator, baik secara verbal maupun non-verbal, langsung maupun tidak langsung kepada komunikan. Dan, propaganda, adalah satu variannya.


Komponen Komunikasi
Paling tidak, ada tiga komponen penting dalam komunikasi yang harus kita ketahui, yakni komunikator, pesan, dan komunikan. Namun, dalam bahasan kali ini saya akan menambah dua sub-komponen lain yang tak kalah penting, yakni efek dan reaksi atas efek yang muncul.

a. Komunikator
Salah-satu kunci keberhasilan proses komunikasi adalah kualitas si penyampai pesan atau komunikator. Semakin tinggi kualitas komunikator, maka akan semakin tinggi kemungkinan keberhasilan proses komunikasi yang dijalankan. Berikut, adalah beberapa hal yang harus dimiliki seorang komunikator agar pesan yang ia sampaikan dapat menimbulkan pengaruh dan perubahan seperti yang diharapkan pada diri komunikan.

Komunikator yang baik haruslah mengenal dirinya sendiri. Ia harus mengenal betul kelebihan dan kekurangannya, serta paham cara memanfaatkan kelebihan dan kekurangan tersebut.
Komunikator yang baik juga harus mengenali komunikannya. Komunikator harus tahu apa latar belakang komunikannya, gaya bahasanya, kegemarannya, kondisi lingkungannya, kebiasaannya, keinginannya, dan cara berpikirnya.

Komunikator yang baik, juga dituntut memiliki pengetahuan yang luas, terutama seputar pesan yang ia sampaikan. Ia harus memiliki pemahaman terkait isi pesan yang akan disampaikan, kenapa pesan itu disampaikan, serta efek seperti apa yang diharapkan dari upaya penyampaian pesan tersebut.

b. Pesan
Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan terkait pesan ini, yaitu isi pesan, bentuk pesan, kemasan, tujuan, sasaran, media penyampaian, dan serta metoda yang dipakai untuk menyampaikannya.

Isi pesan, bisa sangat bervariasi tergantung kebutuhannya. Namun, apa pun isi pesan tersebut haruslah berorientasi pada tujuan perubahan sikap, cara berpikir dan cara bertindak komunikan yang menjadi alasan kenapa pesan itu disampaikan.

Sebuah pesan juga dapat disampaikan dalam bentuk simbol-simbol verbal berupa rangkaian kata atau kalimat, namun bisa juga berupa simbol non verbal berupa isyarat, kode, perubahan mimik, sorot mata, nada suara, tanda baca, dan sebagainya.

Hal lain yang juga penting pada pesan adalah kemasannya. Semakin bagus dan menarik kemasannya, semakin tinggi kemungkinan pesan itu sampai. Kemenarikan kemasan pesan ini juga sangat tergantung dari bahasa, tata bahasa, dan gaya bahasa yang digunakan, yang semuanya harus disesuaikan pula dengan tujuan penyampaian, di mana pesan disampaikan, dan kepada siapa pesan disampaikan.

Di dalam proses penyampaian pesan, tujuan adalah panduan. Semakin fokus dan terarah tujuannya, maka akan semakin besar pula kemungkinan keberhasilan sebuah proses komunikasi.

Pengenalan terhadap sasaran akan memudahkan pesan sampai seperti yang diharapkan.
Penggunaan media dan metoda yang tepat akan meningkatkan efektivitas komunikasi, bahkan sangat menentukan keberhasilannya secara keseluruhan. Media yang dimaksud bisa berupa media tatap muka, atau media massa cetak maupun elektronik. Sementara metoda penyampaian bisa bersifat langsung, tidak langsung, visual, audio, atau audio visual.

c. Komunikan
Komunikan biasa juga disebut dengan sasaran dalam sebuah proses komunikasi. Komunikan, seberapa pun banyaknya pada hakikatnya adalah individu, yang memiliki kebutuhan, tujuan, hasrat, dan keinginannya sendiri-sendiri. Kebutuhan, tujuan, hasrat, dan keinginan komunikan ini sangat berpengaruh terhadap sikap dan keputusan.

Namun perlu diingat pula bahwa karena seberapa pun banyaknya, komunikan pada hakikatnya adalah individu, faktor penentu sikap dan keputusan mereka pun (kebutuhan, tujuan, hasrat, dan keinginan), menjadi sangat rentan terhadap perubahan. Selain karena faktor latar belakang (budaya, pendidikan, status sosial, dll), perubahan juga trentan dipengaruhi faktor-faktor lainnya, seperti usia, gender, tren, bahkan opini publik berikut euforia yang mengiringinya. Kerentanan inilah yang kemudian seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh komunikator. (arief permadi)

Tidak ada komentar: