Sabtu, 11 Oktober 2008

Kampanye dan Propaganda

PADA dasarnya tak ada yang berbeda antara kampanye dan propaganda. Kalau pun, kemudian keduanya tampak berbeda, itu karena pendekatan dan metoda yang dipakainya. Kampanye kerap dinilai lebih bersifat persuasif karena disertai bujukan dan iming-iming. Sementara propaganda, sekalipun dasarnya sangat persuasif, kerap disertai tekanan berupa penonjolan dari dampak buruk yang bisa terjadi jika massa tak bertindak seperti apa yang dipropagandakan.

Sekadar menyamakan persepsi, persuasi yang dimaksud tak lain adalah usaha yang disadari untuk mengubah sikap, kepercayaan atau perilaku orang melalui transmisi pesan.

Propaganda sendiri, biasa digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara psikologis melalui manipulasi psikologis dan digabungkan di dalam suatu organisasi.

Tipe Propaganda
Jaques Ellul (dalam Dan Nimmo) menyebutkan, paling tidak terdapat dua tipe propaganda yang bisa dikenali. Pertama, propaganda yang beroperasi melalui imbauan-imbauan khas berjangka pendek. Biasanya melibatkan usaha-usaha pemerintah, partai atau golongan berpengaruh untuk mencapai tujuan strategis atau taktis. Kedua, tipenya berangsur-angsur, merembes ke dalam lembaga-lembaga ekonomi, sosial dan politik.

Melalui propaganda orang disuntik dengan suatu cara hidup atau ideologi. Hasilnya, suatu konsepsi umum tentang masyarakat yang dengan setia dipatuhi oleh setiap orang kecuali beberapa orang yang dianggap sebagai "penyimpang (deviants)".

Berkaitan dengan konsepsi ini akhirya dikenal juga dua tipe lainnya yakni propaganda agitasi dan propaganda integrasi. Agitasi berusaha agar orang-orang bersedia memberikan pengorbanan yang besar bagi tujuan yang langsung, termasuk mungkin mengorbankan jiwa dalam usaha mewujudkan cita-cita dalam tahap-tahap yang merupakan suatu rangkaian. Sementara integrasi menggalang kesesuaian dalam mengejar tujuan-tujuan jangka panjang. Melalui propaganda ini, orang-orang mengabdikan diri kepada tujuan-tujuan yang mungkin tidak akan terwujud dalam waktu bertahun-tahun.

Terkait sejumlah tipe propaganda tadi, enam hal berikut adalah sesuatu yang biasa digunakan para propagandis dalam "melakukan tugasnya" dengan memanfaatkan kombinasi kata, tindakan dan logika untuk tujuan persuasif. Keenam hal yang dimaksud adalah name calling, glittering generalities, transfer, testimonial, plain folks, card stacking, dan bandwagon.

a. Name Calling
Adalah pemberian label buruk dengan sengaja kepada gagasan, orang, objek atau tujuan agar orang menolak sesuatu tanpa menguji kenyataannya. Misalnya menuduh lawan pemilihan sebagai "penjahat".

b. Glittering Generalities
Adalah penggunaan "kata yang baik" untuk melukiskan sesuatu agar mendapat dukungan, lagi-lagi tanpa menyelidiki ketepatan asosiasi itu. Misal AS menyebut operasi mereka ke Afghanistan beberapa waktu lalu sebagai "Operasi Keadilan Tak Terhingga", dengan misi "hukum tanpa batas". Begitu juga saat merencanakan serangan ke Irak, AS menyebutnya sebagai misi kemanusiaan untuk membebaskan manusia dari teror senjata pemusnah massal.

c. Transfer
Yakni mengidentifikasi suatu maksud dengan lambang autoritas, misalnya "pilih kembali Mega di Pemilu 2004".

d. Testimonial
Upaya menggunakan ucapan orang yang dihormati atau dibenci untuk mempromosikan atau meremehkan suatu maksud. Kita mengenalnya dalam dukungan politik oleh surat kabar , tokoh terkenal dll.

e. Plain Folks
Berupa imbauan yang mengatakan bahwa pembicara berpihak kepada khalayaknya dalam usaha bersama yang kolaboratif. Misalnya, "saya salah seorang dari anda, hanya rakyat biasa".

f. Card Stacking
Memilih dengan teliti pernyataan yang akurat dan tidak akurat, logis dan tak logis dan sebagainya untuk membangun suatu kasus. Misalnya kata-kata "pembunuhan terhadap pemimpin kita, benar-benar menunjukan penghinaan terhadap partai kita !".

g. Bandwagon
Usaha untuk meyakinkan khalayak akan kepopuleran dan kebenaran tujuan sehingga setiap orang akan "turut naik". (arief permadi)

Tidak ada komentar: