TAK seorang pun mampu menghapal semua data, kronologis peristiwa, atau ide yang datang selintas dan tiba-tiba untuk jangka waktu yang lama. Karena itu, setinggi apa pun jam terbang seorang wartawan, ia tetap membutuhkan catatan dalam melakukan kerja jurnalistiknya, bahkan ketika ia menggunakan alat perekam.
Secara garis besar, ada dua fungsi penting dari catatan ini bagi wartawan. Pertama sebagai pengingat, kedua sebagai salah satu cara bagi wartawan untuk dapat menentukan sudut berita secara cepat saat memulai penulisan.
Umumnya, wartawan akan mencatat kronologi peristiwa, data-data dan informasi penting, kutipan pernyataan narasumber yang dianggap penting dan menarik, serta ide-ide penulisan yang tanpa sengaja muncul saat melakukan liputan.
Wartawan yang baik juga akan mencatat hal-hal lain seperti suasana, mimik, tekanan suara, dan gerak tubuh narasumber pada bagian bawah atau pinggir kutipan langsung yang ia buat. Ini dapat ia gunakan untuk memberikan warna pada tulisannya kelak.
Dulu, ketika alat perekam belum ada, teknik mencatat cepat dikenal dengan teknik steno. Steno terdiri dari kode-kode tertentu yang bisa dipahami wartawan, namun belajar steno juga cukup melelahkan hingga teknik ini kini jarang dipakai oleh wartawan muda.
Namun, karena menulis cepat tetap sangat diperlukan, ada baiknya wartawan menggunakan prinsip pengodean ini dalam melakukan pencatatan. Gunakan kode-kode sendiri yang bisa Anda hapal dengan mudah. Kode ini juga akan bermanfaat jika catatan Anda hilang atau terjatuh ke tangan orang lain, sementara Anda tak ingin orang lain memahami catatan Anda.
Fungsi lain dari catatan adalah membuat wartawan dapat cepat menentukan sudut berita cepat saat memulai penulisan. Ini bisa terjadi, sebab umumnya, wartawan hanya mencatat hal-hal yang penting saja hingga saat memulai menulis, ia tak perlu lagi sibuk memilih sudut karena biasanya sudut itu sudah terpilih sejak awal.(arief permadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar