Kamis, 09 Oktober 2008

Mengolah Hasil Wawancara

BAGI mereka yang sudah terbiasa menulis, tak sulit mengolah hasil wawancara. Ia dapat dengan cepat memilih sudut paling menarik dan penting yang akan ia tulis. Dan, dari sanalah ia akan memulai, sekaligus menentukan tulisan seperti apa yang akan ia buat.

Ada kalanya, sekalipun wawancara dilakukan cukup lama dan informasi berikut pernyataan yang terungkap begitu banyaknya, hanya sedikit dari hasil wawancara itu yang dikutip dalam bentuknya yang utuh sebagaimana yang dikatakan nara sumber ketika wawancara berlangsung. Seorang wartawan bahkan kerap hanya memakai satu atau dua kalimat utuh, sekadar penguat dari tulisan secara keseluruhan. Cara ini lazim digunakan pada penulisan berita-berita langsung (straigtnews), softnews, atau berita-berita kisah yang ditulis dalam gaya deskriptif.

Namun, ada kalanya, hasil wawancara juga dimuat utuh dalam bentuk tanya jawab.Untuk hal ini, wartawan biasanya memberi sedikit pengantar pada awal tulisan. Pengantar berisi paparan tentang siapa, kenapa, dan topik apa yang dibicarakan, termasuk kenapa topik tersebut menjadi sangat penting atau menarik.

Teknik penulisan seperti ini umumnya tak berdiri sendiri. Tulisan dalam bentuk tanya jawab biasanya menjadi tulisan terpisah dari tulisan lainnya yang terbit pada hari yang sama dengan topik yang sama. Hasil wawancara yang ditulis dalam bentuk tanya jawab juga dimaksudkan untuk menunjukkan eksklusivitas berita. Wartawan yang baik tak akan sembarangan menggunakan teknik ini. Tokohnya harus dipilih secara tepat. Wartawan juga harus memiliki argumen yang kuat kenapa teknik penulisan dengan bentuk tanya jawab ini ia gunakan.

Berikut, beberapa langkah praktis yang dapat dijadikani panduan saat mengolah hasil wawancara:

1. Baca atau dengar kembali catatan atau rekaman hasil wawancara dengan teliti. Wawancara dengan narasumber utama, mendapat prioritas pertama untuk disimak.
2. Jika hasil wawancara terdiri dari beragam topik, pilah topik-topik tersebut dan kelompokkan, lalu pilih beberapa topik yang paling menarik berdasar skala kemenarikan.
3. Jika ada lebih dari satu narasumber, pilah pernyataan-pernyataan yang dianggap terkait dengan topik-topik yang lebih dulu dipilih. Cara ini akan memudahkan Anda memberikan penguatan pada ide berita secara keseluruhan, sekaligus memberi warna pada tulisan.
4. Setelah semuanya selesai, mulailah menentukan akan ditulis seperti apa hasil wawancara ini. Jika informasi yang ada pada hasil wawancara adalah informasi yang harus sesegera mungkin disebarluaskan pada pembaca, tulislah dalam gaya straigtnews yang singkat dan padat. Namun, jika Anda akan menulisnya secara komprehensif, ada baiknya menyertakan anak-anak tulisan yang terkait selain tulisan utama. Pilih sudut-sudut lain yang juga tak kalah menarik dengan gaya straightnews, softnews, atau feature. Ini membuat pembaca Anda merasa puas karena pada hari yang sama di media yang sama, dapat membaca satu topik berita dari beragam sudut (multi angle).
5. Pilih pernyataan-pernyataan nara sumber yang penting atau menarik, lalu susun berdasar skala prioritas.
6. Jangan ragu untuk tak memuat beberapa bagian atau sebagian besar hasil wawancara jika Anda nilai tak berkaitan, atau sama sekali tak penting dan tak menguatkan ide tulisan secara keseluruhan
7. Ada kalanya, logika, tatabahasa dan beragam istilah yang digunakan narasumber tidak tepat, bahkan keliru. Wartawan diperkenankan memperbaiki itu, namun tidak sekali-kali mengubah arti atau maksud perkataan narasumber. Ini juga berlaku pada hasil wawancara yang ditulis dalam bentuk tanya jawab, kecuali ada maksud lain dari wartawan untuk menunjukkan kapasitas dan karakter nara sumber secara utuh untuk tujuan tertentu.
8. Pahami benar fungsi penggunaan tanda baca. Penggunaan tanda baca yang salah dapat mengganggu kenikmatan membaca, bahkan membuat artinya berubah.
9. Sortir dengan bijaksana pernyataan yang berbau fitnah, kasar, atau cabul. Selain tidak pantas, wartawan dapat terkena konsekuensi hukum dari tulisan yang dibuatnya.(arief permadi)

Tidak ada komentar: