SALAH satu hal penting yang harus dimiliki seorang wartawan dalam melakukan wawancara adalah memahami bahasa tubuh narasumber. Dengan memahami bahasa tubuh ini seorang wartawan dapat dengan segera membuat langkah-langkah pengkondisian demi kepentingan pekerjaannya. Ia dapat menghitung reaksi yang timbul dari pertanyaan yang ia lontarkan sekaligus mengantisipasinya.
Bahasa tubuh adalah reaksi bawah sadar yang ditampilkan seseorang saat menerima stimulus tertentu. Stimulus tersebut dapat berupa pertanyaan, suasana, musik, tekanan suara, dan sebagainya. Setiap orang memiliki kecenderungan tertentu yang bersifat universal dari stimulus yang datang.
Contoh, ketika seseorang merasa tidak senang, ia akan cenderung mengernyitkan dahi. Orang yang merasa tersanjung umumnya memperlihatkan senyum dan mata yang berbinar, orang yang marah biasanya merah padam dan kecut.
Sebagai bekal, Anda dapat memperpanjang daftar reaksi-reaksi tubuh yang umum ini berdasar pengalaman Anda. Kemampuan mengenali reaksi ini secara tepat membuat Anda dapat cepat pula melakukan antisipasi. Antisipasi yang cepat dan tepat terhadap reaksi yang uncul dari narasumber adalah salah satu kunci penting dari suksesnya wawancara.
Namun, jika Anda dapat mengenali bahasa tubuh seseorang, hal yang sama juga dapat dilakukan orang lain kepada Anda. Pertanyaannya, mungkinkah Anda memanipulasi bahasa tubuh Anda hingga orang lain akan bereaksi seperti yang Anda inginkan? Jawabannya sangat mungkin.
Untuk melatihnya, cobalah bercermin sedikit lama di dalam kamar. Praktekkan beberapa sorot mata dan mimik, seperti sorot mata dan mimik terkejut, marah, kagum, senang, menyelidik, sedih, simpati, geram, penuh pengertian, welas asih, dan sebagainya. Latihlah berulangkali hingga Anda menjadi sangat piawai melakukannya. Percayalah. Mimik-mikik dan aneka sorot mata yang Anda latih itu akan sangat bermanfaat saat melakukan wawancara.
Sambil jalan, latih pula tekanan suara Anda. Cara yang mudah, ambil tape recorder, lalu rekam suara Anda saat mengucapkan beragam kalimat pertanyaan, lalu dengarkan. Rasakan emosi yang muncul saat mendengarkan rekaman suara Anda tadi. Reaksi orang lain saat mendengar suara Anda, biasanya tak akan jauh dari reaksi Anda saat mendengar suara Anda sendiri.
Ada baiknya, Anda juga melatih nada suara yang akan Anda pakai saat bertanya pada seseorang yang sedang terkena musibah. Rekam dan dengarkan. Rasakan, apakah tekanan suara Anda sudah menunjukkan seseorang yang berempati dan penuh welas asih atau tidak. Jika belum, latihlah kembali hingga tekanan suaranya tepat.
Karakteristik seseorang juga tergantung dari mana dia berasal dan di mana ia tumbuh besar. Orang Sunda biasanya berbicara lemah lembut, ia akan tersinggung jika kita bertanya dengan keras. Sebaliknya, orang Batak umumnya bersuara keras dan tegas. Ia justru akan merasa bosan jika nada suara kita terlalu lembut, atau jika pertanyaan kita terlalu bertele-tele.
Pemahaman tentang karakter umum masyarakat juga menjadi kunci penting dari suksesnya wawancara.
Hal lain dari karakter seseorang umumnya juga tercermin dari penampilan fisiknya. Seseorang yang tampil urakan dengan gaya bicara ceplas-ceplos umumnya berkarakter bebas, tak suka keterikatan, namun sangat menghargai keberanian dan kejujuran. Menghadapi orang seperti ini Anda juga harus bertanya dengan lugas. Pertanyaan yang bertele-tele akan dengan cepat membuatnya bosan.
Berbeda dengan orang berpenampilan urakan, orang yang berpenampilan necis, rambut tersisir rapi, wangi, dengan tutur kata yang lemah lembut, biasanya akan langsung menutup diri jika Anda bertanya terlalu lugas tanpa basa-basi. Anda harus pandai menyiasatinya. Menemui orang semacam ini sebaiknya Anda pun berpakaian rapi dan tepat waktu agar wawancara berlangsung dalam suasana saling menghormati. Anda mungkin dapan men-setting suasana tidak terlalu formal, namun sebaiknya juga jangan terlalu santai.
Penampilan Anda bagaimana pun adalah juga bahasa tubuh Anda. Jika Anda akan mewawancarai Gubernur di ruang kerjanya, tentu sangat tidak tepat jika Anda berpakaian santai dan sporty. Tapi, jika Anda akan mewawancara seorang pemain sepakbola di pinggir lapangan ketika ia usai berlatih, tampilan sporty akan jauh lebih bermanfaat jika Anda lakukan. (arief permadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar