Minggu, 09 November 2008

Menyentuh Saja, Tak Cukup

SEPERTI jenis tulisan non-fiksi lainnya di media massa, penulisan feature juga senantiasa didasarkan pada rumusan penting penulisan yang memuat informasi wajib 5 W plus 1 H (what, who, when, where, why, dan how) terkait peristiwa yang dibidik. Yang membedakan feature dan straight news hanyalah pola pendeskripsian fakta-fakta yang dibidik. Feature senantiasa lebih detail dengan penekanan kuat pada sisi kemenarikannya.

Karena itu ketika meliput sebuah peristiwa, ketelitian dalam melakukan pengamatan dari berbagai sisi adalah hal yang harus terus dibiasakan dan dilatih oleh setiap wartawan. Wartawan yang baik tak akan pernah menghentikan upayanya sebelum memperoleh jalan ceritanya secara lengkap. Dengan telaten, ia juga akan mengumpulkan detail-detail fragmen (bagian cerita) selengkap-lengkapnya, termasuk pernyataan-pernyataan narasumber yang dianggap penting atau menarik secara lebih rinci. Saat berada di lapangan, jangan pernah mengabaikan fakta apapun yang terendus, sekalipun pada saatnya harus menentukan prioritas karena keterbatasan waktu.

Hal lain yang juga tak boleh diabaikan adalah mengecek, mengecek ulang, dan mengulang lagi pengecekan jalan cerita yang telah didapat. Yang dimaksud mengecek ulang tentu bukan kembali datang ke lapangan lalu mengulang penelusuran, melainkan memastikan bahwa jalan cerita yang telah didapat adalah masuk akal, lengkap dari segala sisi. Kalau pun harus kembali ke lapangan, itu hanya untuk melengkapi kembali data-data atau deskripsi cerita yang setelah dicek ternyata masih sangat kurang hingga perlu diperdalam.

Proses peliputan dan pengerjaan sebah naskah feature akan jauh menjadi lebih mudah ketika wartawan telah menemukan sudut berita yang dipilihnya (point of view) ketika ia masih berada di lapangan. Ini akan sangat membantu wartawan untuk fokus pada informasi yang dicarinya. Ini juga akan mendorong wartawan untuk mulai memikirkan lead, intro, atau pembuka tulisan sejak masih di lapangan.

Sebuah deskripsi yang cukup baik tentang feature ditulis Giantrangkong di www.journalist-adventure.com, September 2007. Menurutnya, sebuah feature yang baik adalah laporan yang disusun berdasarkan konsep untuk memperkuat appeal terhadap pembaca. Sentuhan terhadap perasaan pembaca ini sebaiknya telah dimulai sejaki kalimat pertama.

Namun sebuah feature yang menyentuh saja, belum dapat disebut sebagai feature yang baik tanpa fakta-fakta yang detail dalam konteks yang kuat. Ini berarti wartawan harus pula mencari cantelan yang kuat terhadap peristiwa yang lebih besar, atau data-data statistik yang membuat feature tersebut menjadi bernilai tinggi.

Misalnya, ketika Anda akan menulis feature tentang seorang siswa SD yang tewas tertabrak saat menyeberang jalan, akan sangat bagus jika Anda melengkapinya dengan data-data tentang berapa banyak jumlah jembatan penyeberangan di kota tersebut, berapa jumlah SD yang berada di pinggir jalan raya, dan berapa banyak SD di pinggir jalan raya itu yang saat ini telah dilengkapi dengan jembatan penyeberangan. Ada baiknya Anda juga melakukan riset dan pencarian data terkait berapa banyak peristiwa kecelakaan serupa yang terjadi sepanjang tahun, Anda juga sebaiknya mewawancara dinas terkait tentang kenapa banyak sekali titik di mana banyak anak SD menyeberang yang tidak dilengkapi dengan jembatan penyeberangan.

Selain menempatkan kasus dalam konteks lebih luas, feature juga sebaiknya penuh dengan warna. Mengutip Giantrangkong, percakapan, cerita dan penuturan yang mengalir merupakan kunci penting menuangkan sebuah karya jurnalistik dalam bentuk feature. Dalam kasus anak SD yang meninggal tadi, jika penulisnya turun ke jalan berbincang dengan keluarga dan kerabat serta rekan-rekannya, maka percakapan itu akan berarti banyak dalam mengekspresikan kesedihan mereka. Bisa jadi kemudian bahkan ditemukan fakta baru, misalnya siswa yang meninggal ternyata berulang tahun pada hari yang sama ketika sebuah mobil menabraknya.

Hal lain yang juga sangat penting, adalah merancang skenario tulisan sebelum mulai menulis. Skenario tulisan yang dimaksud tentu bukan skenario fakta. Skenario tulisan memudahkan wartawan menjalin rangkaian cerita dengan sangat menarik yang mampu memaksa pembacanya mengikuti cerita yang Anda tulis sampai akhir.

Ditambah dengan lead yang sangat kuat dan penutup yang "mengguncang", feature yang Anda tulis tak cuma menarik tapi bernilai tinggi. (arief permadi)

Tidak ada komentar: