Senin, 18 Oktober 2010

Kita Tak Pernah Tahu

JIKA bukan satu-satunya, Yoga Santosa, mungkin adalah satu dari sedikit sekali orang yang menggunakan buaya untuk menjaga rumahnya. Tapi, seperti umumnya kita, anggota DPRD Jawa Barat dari Fraksi Golkar ini pun cemas saat buaya tersebut mengamuk. Lepas dari kandangnya, berkeliaran di atap rumah orang.

Tak kurang dari 15 tahun memelihara buaya, memang baru Jumat (15/10) sore itulah lepasnya buaya muara sepanjang dua meteran dengan berat sekitar 100 kilogram itu membuat kehebohan. Jumat lalu, buaya tersebut kedapatan sedang bertengger di atap rumah tetangga Yoga di Jalan Lobak RT 02/09, Kelurahan Malabar, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung. Selama hampir satu jam buaya tersebut nongkrong seperti berjemur.

Lepasnya buaya milik angota DPRD tersebut jelas seketika itu pula menimbulkan kegemparan. Empat lelaki dewasa yang datang untuk mengandangkannya harus berupaya keras. Buaya itu berontak, mengibas-kibaskan ekor seraya mempertunjukkan gigigiginya yang tajam, hendak menyerang.
Beruntung upaya keras itu akhirnya berhasil. Buaya muara ditangkap sebelum hari telanjur gelap.

Meski peristiwa ini sudah beberapa hari berlalu, heboh buaya ngamuk di atap tetangga, masih menjadi pembicaraan hangat di masyarakat. Rata-rata bergumam, "Untung tak sampai masuk ke rumah warga. Bagaimana kalau gentingnya ambrol, sementara di bawah ada anak atau bayi yang sedang tidur?"

Saya, Pak Yoga, dan mungkin juga Anda, barangkali tak akan kuasa membayangkannya jika itu terjadi. Kisahnya pasti menjadi headlines, tak cuma sehari, tapi berhari-hari.

Kepada harian ini, Yoga mengaku, buaya dengan panggilan Koing tersebut, adalah kesayangan keluarga mereka. Buaya tersebut mereka pelihara sejak panjang tubuhnya masih satu jengkal. Baik keluarga maupun para tetangganya, sudah sangat akrab dengan keberadaan buaya yang hingga kini ia pelihara itu.

Sebagai anggota dewan, Yoga pasti bukan tak paham bahwa buaya adalah hewan yang dilindungi, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, serta PP 8 tahun 1999.

Namun, karena sudah telanjur sayang, ia lebih memilih tetap mengurusnya. Sekalipun, sempat terpikir pula untuk menyerahkannya ke kebun binatang karena ukurannya yang semakin besar.

Bicara soal ukuran, buaya muara terpanjang yang sejauh ini pernah diketahui ada adalah 7,1 meter di Suaka Margasatwa Bhitarkanika, Orissa, India. The Guinness Book of World Records mencatatnya sebagai buaya muara terpanjang, sekalipun di habitat aslinya, mungkin saja ada yang lebih panjang.

Binatang ini juga dikenal memiliki rahang yang luar biasa kuat. Ia dapat menggigit dengan kekuatan yang sangat hebat. Tekanan gigitannya tak pernah kurang dari 5.000 pounds per square inch (psi), atau setara dengan 315 kilogram per centimeter. Kekuatan gigitan ini akan ketahuan dahsyatnya jika kita membandingkannya dengan gigitan hewan lainnya seperti anjing rottweiler, hiu putih, atau hyena. Rottweiler hanya punya 335 psi, sementara hiu putih raksasa dan hyna, hanya 400 psi dan 800-an psi.
Buaya ini juga dapat bergerak dengan sangat cepat pada jarak pendek, bahkan ketika dia berada di luar air, di atas genting, misalnya. Berat tubuhnya bisa mencapai 1,2 ton atau lebih. Sementara panjangnya, rata-rata bisa mencapai lebih dari lima meteran.

Buaya muara yang kini masih dipelihara di rumah salah seorang anggota DPRD kita, tubuhnya memang belum sepanjang buaya muara yang kini ada di Bhitarkanika, Orissa, India. Tapi, mengingat, sejauh ini buaya tersebut selalu mendapat pasokan makanan yang cukup baik, tubuhnya pasti akan semakin besar dan semakin kuat.
Buaya tersebut mungkin saja kembali lepas, dan para tetangga Yoga, boleh jadi juga tak kembali seberuntung kemarin. Bisa saja buaya itu mendadak lepas, masuk ke rumah-rumah warga, menyantap apa saja yang ada termasuk Anda, atau anak-anak Anda. Kita tak pernah tahu.

Tidak ada komentar: